Masih berkaitan dengan tulisan Konspirasi Alam Semesta, di dalamnya aku sempat mengatakan bahwa usaha yang benar-benar dari hati akan mendekatkan kita dengan terwujudnya mimpi kita itu tadi. Apakah asal usaha dan kerja keras bisa mendatangkan keajaiban yang membuat semesta ingin berkonspirasi? Tidak.

Aku tidak pernah bosan menyebutkan kalau dalam buku Self Driving tulisan Prof. Rhenald Kasali tersebut memang sesungguhnya ada cara bagaimana alam semesta kemudian mendukung kita mencapai tujuan yang ingin kita capai, meskipun hidup ini selalu tidak adil. Salah satu hal bagaimana semesta kemudian bisa berkonspirasi adalah disiplin. Kedisiplinan diri yang selama ini selalu menjadi kendala bagi sebagian besar orang Indonesia.

Sudah banyak contoh yang bisa menjelaskan seperti apa bentuk kedisiplinan itu. Namun rasanya, dengan memberikan banyak alasan pula kemudian pelatihan kedisiplinan tersebut bisa dibengkokkan begitu saja. Padahal, yang dimaksud dalam kedisiplinan juga tidak hanya berkutat pada “selalu datang tepat waktu” saja. Kedisiplinan diri yang selalu ada dan menjadi lentera jiwa itulah yang selanjutnya bisa membuat semesta berkonspirasi.

Passion tanpa Kedisiplinan adalah Bohong Belaka

Amien Rais, salah satu tokoh yang disegani di Indonesia dulu pernah berujar kalau apabila seseorang benar-benar mencintai suatu pekerjaan (dan kini lebih sering disebut dengan passion) maka ia akan meluangkan waktu setiap harinya untuk melakukan kegiatan tersebut. Tidak terkecuali kegiatan yang bisa membantu seseorang untuk mewujudkan mimpinya.

Aku seringkali kesal dengan orang-orang yang berada di sekelilingku ketika mereka melihatku membaca buku. Bagi mereka (dan sayangnya stereotipe disini), kegiatan membaca buku sama dengan indikasi kalau seseorang sedang tidak mengerjakan apa-apa (alias nganggur). Kesal rasanya karena seakan-akan kegiatan membaca tidak diilhami sebagai kegiatan yang sama seriusnya dengan kegiatan orang yang tengah berkarya. Padahal kalau mereka mau peduli, kegiatan membaca yang rutin dilakukan tersebut merupakan bentuk kedisiplinan diri yang aku terapkan. Kedisiplinan untuk tetap memberikan asupan kepada otak.

Ketika seseorang mengaku kalau dia suka menggambar, pastilah dia akan meluangkan waktu setiap hari (setiap hari ya, bukan hanya kalau sempat saja) untuk melakukan kegiatan tersebut. Entah itu di pagi hari sebelum beraktivitas untuk mencari uang atau sebelum pergi tidur. Atau bahkan punya waktu tertentu saat tengah hari. Orang tersebut merasa kalau ia tidak melakukan hal tersebut barang seharipun, rasanya ada yang masih terasa kurang dalam hidupnya.

Sama denganku. Ketika aku mengatakan bahwa aku suka sekali membaca, hal tersebut menandakan kalau aku punya alokasi waktu tertentu untuk membaca buku. Setiap harinya. Rasa suka yang kemudian bisa ditransformasikan dalam bentuk kedisiplinan diri pasti akan membawa imbas positif, yang sayangnya tidak banyak orang yang menyadarinya. Setiap hari aku sengaja hadir di kantor atau tempat meeting satu jam sebelumnya. Aku menciptakan sendiri waktu sendri (me time) untuk aku dan buku. Untuk membangun moodku sebelum akhirnya aku mulai bekerja. Sebelum tidur pun juga begitu. Setelah lelah dengan agenda harian, aku merasa perlu “melarikan diri” menuju dunia yang berbeda, yang tidak lain bisa didapatkan melalui membaca buku. Kedisiplinan inilah yang ternyata membawa banyak imbas positif. Misalnya saja, akhirnya aku bisa mengatur waktu agar tertata sehingga agenda harianku tidak mengganggu waktuku untuk membaca. Dan tentu saja, manfaat-manfaat positif yang didapatkan karena kesukaan terhadap membaca.

Disiplin itu Rutin Setiap Hari

Kedisiplinan diri inilah yang akan membantu kita untuk memutuskan mana kegiatan yang benar-benar akan membantu alam semestra berkonspirasi dan mana yang hanya kegiatan buang-buang waktu. Aku mulai rutin membaca tulisan berbahasa Inggris sejak tahun lalu (tulisan tentang hal itu bisa dibaca di Shiori-ko). Mudahnya adalah karena aku ingin bisa membaca literatur keilmuanku yang hingga saat ini masih belum banyak edisi terjemahan Bahasa Indonesia-nya. Karena itu juga, aku jadi bisa mengerti beberapa kosa kata baru serta memiliki keberanian yang lebih untuk melakukan percakapan dalam bahasa Inggris. Suatu bentuk kedisiplinan diri yang membawaku bertemu dengan orang-orang yang juga bisa menjembatani mimpiku untuk menjadi kenyataan.

Tidak, disiplin yang aku maksud bukan hanya sekedar seseorang yang bisa datang tepat waktu setiap saat. Memang hal tersebut penting, tetapi disiplin yang datang dari dalam diri sendirilah yang akan mengantarkan kita pada keajaiban-keajaiban yang membuat kita ingin berkata “universe conspires” beruang kali. Seperti kata pepatah, keberuntungan adalah persiapan dan kesempatan yang datang secara bersamaan. Persiapan juga termasuk di dalamnya adalah dengan menjadi disiplin karena dorongan dari dalam hati.

Jadi, sebenarnya tanpa ada kemauan dan disiplin yang datang dari dalam diri pun juga tidak akan membantu alam semesta untuk mengagetkanmu. Bagaimana Tuhan mau mengabulkan keinginanmu, kalau untuk melakukan hal kecil secara rutin yang bisa membantumu untuk mewujdukannya saja, kamu masih malas?

— February 9, 2016

One thought on “Disiplin Bukan Hanya Sekedar Selalu Datang Tepat Waktu

  1. Disiplin adalah kunci sukses. Sangat inspiratif sekali mbak tulisannya. Sukses selalu.

What Do You Think?