Sekitar hari Sabtu lalu (8/04), aku akhirnya bisa menyempatkan diri untuk menghadiri undangan tertutup dari IndoRelawan — sebuah platform pengelolaan relawan. Pada sesi kali itu, IndoRelawan akan menyampaikan materi mengenai Manajemen Relawan.

Aku, memiliki salah satu tanggung jawab (yang tidak secara sadar ternyata selama ini sudah aku emban) sebagai volunteer manager. Yah, kurang lebih mirip-mirip dengan titel pekerjaanku sebelumnya (community manager). Tanggung jawab tersebut antara lain adalah untuk mengorganisir besarnya niat para orang baik untuk berbagi dan berkontribusi. Salah satunya dengan berkegiatan bersama Rumah Perubahan.

Singkat cerita, berkat pertemuan dengan teman-teman  komunitas dan para tim di balik IndoRelawan, aku akhirnya menyadari satu hal. Satu hal yang ternyata yang selama ini membantuku untuk membentuk karakterku. Hingga aku bisa menjadi seorang RKMENTEE.

Aku besar bersama komunitas. Aku besar karena menjadi volunteer.

Gara-Gara Majalah Bobo

Sedari kecil, orangtuaku berlangganan harian Kompas. Kami memanfaatkan layanan antar setiap hari dan mendapatkan bonus berupa potongan harga berlangganan majalah yang masih satu grup dengan Kompas Gramedia. Saat itu, aku dan adik-adikku masih kecil sehingga orangtuaku memutuskan kalau kami dilanggankan majalah Bobo saja.

Ketika kami sudah pada besar, orangtua pun mengganti langganan majalah dari Bobo menjadi National Geographic. Tetap, harian Kompas adalah asupan informasi orang rumah. Saking cintanya dengan produk dari Kompas Gramedia, kami tidak pernah melewatkan satu acara pun yang digelar di Surabaya. Termasuk Kompas Gramedia Fair.

Kala itu aku masih duduk di kelas 1 SMA. Aku melihat beberapa anak muda dengan kaos berwarna merah dan tulisan Kompas MuDA pada bagian depannya. Aku tidak berani bertanya, namun hanya bisa berasumsi bahwa mereka adalah bagian dari Kompas MuDA. Lah kok, beberapa minggu kemudian aku mendapatkan informasi kalau Kompas MuDA membuka perekrutan untuk tim volunteer Kompas MuDA yang baru. Tanpa banyak pikir dan pertimbangan, aku coba saja.

That Back Pain Which I Missed the Most

Aku menghabiskan waktu bersama Kompas MuDA hingga mereka mencapai volunteer hingga batch 5 saja. Kurang lebih hanya 2,5 tahun. Kegiatan selama aku menjadi volunteer Kompas MuDA tidak lepas dari membuat event, mencari peserta, menjadi panitia acara dan kegiatan-kegiatan seru lainnya. Bahkan, aku sempat merasa rindu dengan “keribetan” membuat event, lembur di kantor.

Memasuki tahun pertama kuliah, kesempatan lain pun juga datang. Sudah dari dasarnya aku tidak puas dengan bentuk organisasi intra kampus (seperti BEM atau HIMA), aku mencoba saja untuk “bermain” di luar kampus. Kebetulan, pacarku ketika itu membantu perancangan TEDx pertama di Surabaya (yang kemudian dikenal dengan TEDxTuguPahlawan). Well, aku rasa tidak salah juga kalau aku coba apply.

Meskipun ada beragam dinamika yang menerpa tim internal TEDxTuguPahlawan, aku “bermain” bersama mereka hingga 2 tahun lamanya. Sempat membantu hingga pelaksaan TEDxTuguPahlawan yang kedua di Surabaya. Ilmu dan pengalamanku bertambah. Dari yang sebelumnya hanya mengerti cara untuk membuat event (pre-event), hingga aku memahami sedikit demi sedikit tentang marketing dan dunia public relation.

Begitu pula dengan jejaring pertemanan. Kalau sebelumnya hanya dengan teman-teman dari wilayah Surabaya timur, selatan dan pusat, sejak bergaung dengan TEDxTuguPahlawan, aku jadi kenal dengan teman-teman dari sisi Surabaya yang lain.

The Most Noisy Team I Ever Had!

Dasar aku anaknya memang suka banyak tingkah, selesai dari TEDxTuguPahlawan, aku masih saja mencari kegiatan lain. Semester sudah tinggi. Yang awalnya ingin berkomitmen untuk fokus saja dengan studi, nyatanya malah merasa bosan. Di situlah aku mencoba mencari kegiatan voluntary yang bisa aku ikuti. Dan bertemulah aku dengan Surabaya Youth.

Aku lupa seperti apa detil dari rekruitmennya, pokoknya aku diterima dan menjadi bagian dari Koordinator Publikasi. Saat itu Surabaya Youth akan mengadakan Surabaya Youth Carnival — sebuah acara kepemudaan yang berisfat seminar dan juga workshop. To be honest, aku tidak banyak kenal tim yang ada dalamnya karena mereka benar-benar adalah orang baru bagiku.

Sebelas duabelas dengann komunitas yang sudah pernah aku ikuti sebelumnya, “keribetan” untuk membuat acara inilah yang aku nikmati. Kumpul hingga malam karena persiapan masih harus diselesaikan hari itu juga, deg-degan di hari H, bahkan sampai harus menerima isu-isu tidak enak dari mereka yang tidak mengerti kegiatan yang dilakukan oleh Surabaya Youth. Itu semua sudah aku rasakan.

Dan aku tidak kapok.

When You Give More, You Will Get Much More

Kata orang, buat apa melakukan hal yang kamu nikmati tapi kamu tidak dibayar. Kata orang, buat apa kamu lelah menghabiskan tenaga, tapi tidak ada imbalan uang setelahnya.

Salah. Anggapan tersebut salah besar.

Menjadi relawan di tiga komunitas tersebut membawa banyak rezeki yang tidak bisa diukur dengan mata uang apapun kecuali kebahagiaan. Di Kompas MuDA aku belajar bahwa mengenal orang baru dari luar lingkungan kita biasanya ternyata membuat ide kita menjadi lebih banyak. Belajar menjadi lebih profesional. Dari TEDxTuguPahlawan aku juga tahu bahwa yang namanya melakukan marketing tidak sesederhana membagikan brosur kepada partisipan car free day. Sedangkan dari Surabaya Youth, aku menyadari bahwa solidnya tim adalah salah satu kunci kelancaran kehidupan sebuah komunitas. Dan yang lebih membahagiakan lagi adalah, aku sudah mereka anggap sebagai bagian dari keluarga :’)

Saat aku mengirimkan lamaranku kepada komunitas-komunitas tersebut, aku tidak berpikiran bahwa aku akan mendapatkan manfaat yang begitu banyak. Siapa sangka, aku bisa menjadi seorang RKMENTEE? Melalui kegiatan kerelawanan, aku belajar banyak hal yang kalau teorinya diajarkan, mungkin akan aku tinggal tidur. Tetapi selama menjadi volunteer, yang adalah aku belajar sambil melakukan. Learning by doing.

Ingat, jangan sampai kamu menghabiskan masa mudamu hanya dengan sekolah saja tanpa ada kegiatan lainnya. Dunia itu sempit kalau kita yang semakin melebar. Mari lebarkan diri dengan menjadi relawan!

(Psst, and I am looking forward for other voluntary opportunities + to help Surabaya Youth to develop more!)

— April 10, 2017

What Do You Think?