Selain bookstore hopping aku juga suka bookclub hopping. Tujuan utamanya adalah untuk mendukung klub buku yang lain. Tahu sendiri kan kalau gerakan literasi di Indonesia sebenarnya ada banyak ragamnya. Daripada saling bersaing, mengapa tidak saling mendukung saja?
Aku mendapatkan informasi tentang klub buku sebagian besar dari Instagram. Follow beberapa akun, eh akhirnya bisa menemukan akun Instagram klub buku. Mencoba berinteraksi dengan mereka sembari mencari informasi kegiatan apa yang mereka helat.
Misalnya ketika ada yang mengunggah foto terakhir ketika mereka mengadakan online gathering. Aku meninggalkan komentar seperti “apakah ada syarat tertentu untuk bergabung?” Biasanya, tidak berselang lama akan ada jawaban. Itu yang aku lakukan sewaktu melihat Matt mengunggah foto Book Brewers Indonesia di Instagramnya.
Book Brewer Indonesia adalah sebuah klub buku non-fiksi yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris dalam setiap aktivitasnya. Lokasinya di Surabaya dan sebelum masa pandemi, mereka secara rutin mengagendakan pertemuan untuk membahas satu judul buku yang sudah disepakati bersama. Namun, karena pandemi, mereka pun memindahkan pertemuannya ke dalam bentuk virtual.
Dalam agenda Book Brewers Indonesia di bulan Mei, mereka membahas buku Why We Sleep. Kegiatan pun dipimpin oleh seorang moderator yang nantinya melempar pertanyaan untuk memancing adanya diskusi antaranggota. Perlu diketahui, Book Brewers Indonesia mengutamakan kualitas ketimbang kuantitas. Tidak masalah anggotanya cuma sedikit asal bukan sekadar free rider. Semua anggota harus berpendapat. Maka, kamu pun diwajibkan hadir ke dalam pertemuan dalam keadaan sudah menyelesaikan bacaan (sejenis mandatory reading).
Meski kamu sudah mengikuti satu pertemuan, belum tentu kamu bisa masuk ke dalam WhatsApp Group mereka. Untuk melihat komitmen dan konsitensi minatmu, maka setiap calon anggota wajib mengikuti dua kali pertemuan sebagai syarat minimal.
Kelebihan dari klub buku yang berkonsep seperti Book Brewers adalah setiap anggota akan mendapat insight dari beragam tipe pembaca. Bisa saja apa yang kita yakini benar, ternyata diintepretasikan berbeda oleh pembaca lain. Di samping itu, kamu juga berlatih untuk menyampaikan ide dalam bahasa Inggris. Anggotanya memang ekspat, tetapi mereka sudah bisa berbahasa Indonesia dan bisa paham apabila ada kata yang kamu belum tahu apa padanannya dalam bahasa Inggris.
Untuk aku yang tipikal pembaca sesuai mood, menuruti tuntutan sebuah klub buku untuk membaca buku tertentu mejadi tantangan tersendiri. Memang, ketika aku masih bekerja di kantor konsultan bisnis, setiap pekan selalu ada agenda bedah buku yang mana bukunya ditentukan oleh pihak kantor. Tetapi tetap saja bagiku yang membaca sebagai relaksasi, hal itu terasa kurang menyenangkan.
Untungnya, Book Brewers Indonesia menyediakan waktu hingga satu bulan sampai pertemuan selanjutnya sebagai kesempatan bagi anggota untuk menyelesaikan buku.
— May 11, 2020