He is a godd*mn smarta**. Lulusan kedokteran spesialisasi kejiwaan manusia. Kalau di Indonesia, namanya pada kartu identitas diawali dr. dan ditutup dengan Sp. KJ. Kalau sedang libur bertugas atau tidak ada pasien di rumah yang menjadi tempat praktiknya, ia menghabiskan waktu dengan memasak. Kadang-kadang ia membaca buku.

Penampilannya perlente . He knows how to treat a lady. Cara bicaranya sopan dan lembut. Tidak perlu heran. Dia ternyata masih keturunan darah biru dari salah satu kerajaan di Eropa. Bahkan katanya, ia masih sah-sah saja menggunakan gelar kerajaannya itu.

Berbincang dengannya ketika makan malam adalah sebuah keputusan yang tepat. Dari situ, dapat dikulik seberapa jago ia memasak. Ada hidangan pembuka, utama, dan pencuci mulut. Sembari bersantap, he fills the air with not-too-light topics. Oh, disela-sela itu juga, dia menuangkan red wine. Katanya, makan malam paling berkesan adalah tidak sekadar menikmati yang enak dicecap lidah, tapi juga yang bisa membuat otak jadi terisi.

Entah berapa buku yang sudah dibacanya. Saat pertama kali menginjakan kaki di rumahnya, tampak ruang kerja/praktik dengan sudut-sudut penuh buka. Sempat juga ku intip meja kerjanya penuh dengan kertas-kertas. Barangkali jurnal kedokteran atau mungkin rekam medis salah satu pasiennya. Setiap kali aku bertanya perihal pendapatnya atas current issues yang disiarkan berita di televisi, ia bisa menjawabnya dengan diplomatis. Beberapa kali ia juga mengutip karya-karya filsuf untuk memperkuat opininya. Dia juga mengikuti kabar berita tentang kasus kriminal. Kadang, dia tidak setuju dengan cara investigasi kepolisian terhadap pelaku kejahatan. Kalau tidak dihentikan, bisa-bisa dia malah memberikan kuliah umum. Persis seperti pengajar yang memimpin kelas di akademi FBI yang berlokasi di Quantico, VA. Dari situ saja, aku sudah tahu kalau pria ini that kind of smart I’d like to date in the future.

But, wait. Itu semua hanya imajinasi. Dia hanya ada dalam cerita fiksi.

Count Hannibal Lecter adalah tokoh utama dalam tetralogi Hannibal yang ditulis Thomas Harris. Diawali dari Red Dragon (1981), The Silence of the Lamb (1988), Hannibal (1999), dan ditutup dengan Hannibal Rising (2006), tetralogi ini masuk ke dalam buku favoritku. Siapa lagi yang mengenalkan selain mamaku? She knows me so well~

Novel itu pun sudah diadaptasi menjadi film dan serial televisi. Untuk versi layar lebar, dibintangi oleh Anthony Hopkins (The Silence of the Lamb) sebagai Hannibal sedangkan serial televisinya diperankan oleh Mads Mikkelsen. Oh, tentu masing-masing punya kelebihannya. Aku pribadi lebih senang versi film daripada serialnya. Malah kabarnya, serial Hannibal tidak dilanjutkan lagi hiks.

Ketertarikanku pada kepintaran Hannibal bermula sejak The Silence of the Lamb. Pada buku itu, diceritakan kalau ia bisa membantu penyelidikan atas pembunuhan berantai, sama seperti yang terjadi dalam Red Dragon. Dikirimlah seorang agen FBI bernama Clarice Starling. Agen Starling diperingatkan berkali-kali bahwa berurusan dengan Hannibal bukan perkara mudah. Kepintaran Hannibal sangat berpotensi malah mencelakakan Agen Starling. Tapi ia tidak percaya. Menurutnya, Hannibal pasti akan membantu FBI dan Agen Starling siap menjalankan misi tersebut.

Kepintaran Hannibal kembali lagi diuji dalam buku ketiga. Berkejaran dengan Agen FBI Clarice Starling. They try to outsmart each other. Menunjukkan siapa yang sebenarnya cerdas dan siapa yang hanya pura-pura cerdas. Meski rating Goodreads-nya kurang memuaskan, tapi menurutku cerita tentang Hannibal masih disajikan oleh Thomas Harris dengan memukau. Sedangkan di buku keempat, pembaca diajak untuk mengetahui masa kecil dan remaja Hannibal. Seperti apa kehidupan masa lalunya dan bagaimana bisa ia menjadi sosok yang ditemui oleh Agen Crawford, Will Graham, dan Agen Starling pada dua buku pertama.

Hannibal benar-benar bisa membuatku menggeser jam tidur, sekadar hadir di kelas tapi ambil kursi paling belakang, hingga tidak keluar kamar seharian. Barangkali tidak jauh berbeda dengan remaja yang jatuh cinta. Oh, kalau benar Count Hannibal Lecter benar ada di dunia nyata, I’d definitely want to date him.

But, he is a cold-blood murderer who eats his victims.

— September 4, 2021

2 thoughts on “I’d Like to Date Him, But…

  1. Aku langsung cari rupa wajahnya di Google. Hahaha. Btw, paragraf-paragraf pembuka tulisan ini enak dibaca banget, deh. Ngalir banget pas nggambarin adegan demi adegan. Kayak lagi baca salah satu bab novel.

What Do You Think?