Selain karena membaca bukunya Pandji yang berjudul Menemukan Indonesia, selama aku menjadi asisten Prof. Rhenald Kasali, aku berkesempatan untuk bertemu dengan orang-orang penting di negeri ini. Ada kesamaan yang aku rasakan baik setelah membaca buku biografi orang sukses maupun bertemu langsung dengan mereka: they stick to their goal. Alias, mereka berpegang teguh terhadap apa yang mereka inginkan. Jangan salah. Mempunyai visi yang sama dan terus memperjuangkannya bukanlah hal yang mudah. Malah, masih banyak anak muda sekarang (termasuk mereka yang baru saja lulus) yang belum tahu ingin (menjadi) apa beberapa tahun ke depan.
Ingat, Setiap Makhluk Punya Tujuan Atas Eksistensinya
Kalau tidak salah kutip, Buddha pernah mengatakan kalau setiap makhluk (termasuk manusia) mengemban misi dalam setiap eksistensinya. Artinya, setiap manusia punya tujuan mengapa ia berada di dunia ini. Masalahnya adalah, tidak semua manusia menyadari hal itu. Masih banyak yang sekedar hidup ketimbang benar-benar merasakan kalau mereka hidup. Perbedaan antara exist dengan alive.
Beberapa anak muda di lingkunganku masih terperangkap akan suatu pola pikir kalau mau kaya ya jadilah ini dan itu (silahkan sebutkan pekerjaan yang bisa mendatangkan uang berlimpah). Namun, juga perlu diingat, seringkali kesuksesan yang bisa membahagiakan justru bukan dari nominal uang, melainkan membuat dirinya berguna untuk dunia ini. Pola pikir yang lama itu membuat mereka terjerumus untuk hanya memandang jurusan-jurusan perkuliahan yang “menjanjikan” secara pengasilan ketimbang belajar sesuatu yang bisa bikin hati ini bahagia. Bahkan tidak jarang, ada yang memilih pekerjaan ini-itu karena duitnya saja. Kepuasan batin itu urusan belakang.
Itu juga yang membuat seseorang tidak bisa memperkirakan ingin menjadi apa atau ingin berbuat apa kelak. Mereka jadi tidak bisa membayangkan dalam waktu 3 tahun mendatang, ia harus apa. Alhasil, tindakannya pun menjadi clueless, tanpa arah sebab tidak memiliki kompas.
Membuat Kompas Kehidupan
Sebelum berjalan terlalu jauh, apalagi waktu tidak bisa diulang kembali, coba renungkan dengan sungguh-sungguh sebenarnya ingin jadi apa kita nanti kelak. Yang paling mudah adalah dengan membuat vision board. Vision board atau papan visi bisa dijadikan media untuk menuliskan dan mendetilkan apa-apa saja yang ingin kita capai dalam hidup. Kita bisa mulai dengan membayangkan ingin menjadi apa kita 3 tahun mendatang.
Masih kesulitan mendapatkan gambaran? Aku tidak punya saran lain selain perbanyaklah membaca. Membaca buku akan membuat kita memiliki banyak sudut pandang dalam melihat kehidupan. Membaca buku juga bisa dijadikan cara untuk meyakinkan diri, apakah benar yang kita lakukan kini adalah sesuatu yang membuat kita bahagia secara batin?
Jikalau problema keyakinan diri masih menjadi polemik, cara yang lain lagi adalah benar-benar melemparkan diri kita ke dalam kolam ketidakpastian. Coba beragam kegiatan dan aktivitas dimana kita nyaman melakukannya dan rasanya ingin terus berada di situ. Aku masih memegang apa kata Pak Dahlan Iskan untuk banyak membuat kesalahan selagi muda. Manfaatkan kesempatan masih muda (apalagi kamu yang masih berada di bangku kuliah). Atau kalau perlu, coba pergi traveling sendirian, ke tempat yang kamu belum pernah tuju. Sangat dianjurkan untuk menuju negara-negara tetangga (selain Singapura, Malaysia, Brunei, Papua Nugini, Timor Leste). Perjalanan seorang diri akan membuat diri kita berpikir lebih keras, akan membuat kita memiliki cukup waktu untuk merenungi apa tujuan dari kehadiran kita di muka bumi.
Perlu diingat, dalam membuat vision board, kita harus betul-betul detil dan spesifik. Mebayangkan secara spesifik sebenarnya membantu pikiran alam bawah sadar kita untuk mematri tujuan itu. Lebih jauh lagi, malah bisa membuat kita menjadi yakin pada kemampuan diri sendiri.
And, It’s about Persistence to Stick on the Goals
Ketika kita sudah setidaknya membuat vision board yang harus dilakukan adalah menjadi orang yang persistence, tetap berpegang teguh dengan apa yang sudah diimpikannya untuk merealisasikan hal tersebut. Di awal aku mengatakan kalau mewujudkan apa yang dituju bukanlah hal yang mudah. Kalau membaca bukunya Pandji, pertama kali ia meminta Garuda Indonesia sebagai sponsor tur dunianya, ia mendapatkan penolakan. Tetapi Pandji tidak menyerah begitu saja. Ia malah “mendobrak” pintu yang terututp tersebut.
Sama dengan bagaimana Sophia Amorusso membesarkan Nasty Gal. Dari yang awalnya tidak mendapatkan bantuan pinjaman darimana-mana hingga akhirnya datang juga suntikan modal yang besar. Sophia menunjukkan kalau menjadi persisten akan membuat kita semakin dekat dengan apa yang kita impikan (baca kisahnya lebih lengkap dalam #GIRLBOSS).
Walt Disney dengan bijak mengatakan kalau kita benar-benar menginginkan hal tersebut, pasti kita akan menemukan jalannya. Maksudnya adalah, ketika kita tetap berpegang teguh & meyakini kalau kita bisa mewujudkan hal itu, kita pasti akan mencari cara. Entah itu mengetuk pintu dengan cara yang berbeda atau yang paling ekstrim, dengan mendobraknya.
Meyakini diri sendiri pun harus dikuasai. Pikiran yang merasa bahwa diri kita tidak mampu mewujudkannya akan membuat kita berhenti memikirkan jalan-jalan yang lain. Alam bawah sadar kita melumpuhkan kepercayaan diri kita. Alhasil, kita akan terus merasa kalau impian yang telah kita tulis dalam vision board tidak realistis. Apakah Pandji tiba-tiba bisa tur dunia tanpa membayangkannya dengan detil? Tidak pernah. Itulah mengapa setelah vision board yang dibutuhkan adalah tekad yang kuat.
Jangan pernah takut untuk bermimpi. Kalau dirimu saja tidak yakin, bagaimana semesta ini mau mendukungmu?
— March 26, 2016
Kak Heeeees, semoga aku cepat menemukan goalku dan ‘stick to my goal’ 🙂