He dumped me a year ago. Beberapa hari sebelum aku berulang tahun ke-26. It was a darkest moment. Aku menumpahkan rasa sedihku di blog ini (silakan ditelusur sendiri ya! :p). Semula merasa bahwa aku nggak akan bisa menjadi seseorang yang sepintar dia. Rasanya yang aku lakukan selalu ada di bawah bayang-bayangnya. Sampai akhirnya aku “kembali pulang” kepada apa yang tidak pernah menolakku, mau sehancur apapun diri ini: buku.

Aku nggak akan bisa mengalami pertambahan setahun lebih tua hari ini jika tidak dibantu oleh buku. Baik itu secara harfiah maupun ditarik menjadi konteks yang lebih luas. Maka dari itu, tulisan ini bertujuan untuk berterima kasih kepada (si)apa pun yang telah membantuku untuk “sembuh.”

Kepada buku-buku yang mempersilahkan aku menjadi aku apa adanya. Tidak pernah menghakimi ketika aku meragukan apakah values yang aku pegang ini bisa menjadi acuan hidupku sampai nanti. Mau aku membaca buku-buku bertema agama, politik (identitas), sampai novel pun semuanya membantuku melalui masa-masa sulit setahun belakangan. Semuanya membantuku menemukan kembali jalan bahwa aku masih punya kesempatan di depan sana.

Kepada teman-teman siniar: Podcast Buku Kutu, Podcast Kepo Buku, Podcast Main Mata, dan Podsatlgia. Terima kasih sudah memberikan kesempatan padaku untuk berbagi cerita melalui kanal kalian. Senang sekali bisa menyalurkan energi positif akan kecintaanku terhadap buku. Semoga teman-teman pendengar menjadi lebih percaya diri untuk mulai membaca buku. Gara-gara teman-teman siniar, aku akhirnya memberanikan diri untuk memiliki kanal sendiri hehe..

Kepada teman-teman Baca Bareng & Nulis Bareng (yang digagas oleh mas Andry) yang ternyata saling mendukung satu sama lain. Kalian telah menciptakan lingkungan positif tidak hanya untukku, tetapi untuk sekitar kalian. Untuk follower akun media sosial kalian. Aku masih terharu bagaimana kalian mau ikut serta meramaikan Baca Bareng & Nulis Bareng. Saling menemani dalam melakukan hal yang kita cintai bersama. Kalian bikin aku nggak ngerasa sendirian. (Sintia, Griss, Way, mas Ucha, kak Lia, mbak Jogi, mbak Cung)

Kepada para Bookstagram. Konten kalian yang informatif itu jadi salah satu caraku mendapatkan kabar tentang dunia buku. Masing-masing akun punya keunikannya, punya fokus bahasannya. Kalau bukan karena Bookstagram, aku juga tidak akan sadar kalau aku belum membaca banyak ragam buku seperti buku karya penulis dari Amerika Latin atau Timur Tengah. Memenuhi Instagramku dengan Bookstagram adalah pilihan yang tidak pernah aku sesali. Kalian bukan adu keren, melainkan saling mengisi satu sama lain. (Reti, Mega, Haris, Bookish Indonesia, + anak-anak Baca Bareng).

Kepada Klub Siaran Goodreads Indonesia. Terima kasih banyak telah memberi kesempatan untuk menjadi salah satu tim siaran di radio! Sungguhan, rasanya nggak percaya kok aku bisa diajak juga ya haha. Ohya, teman-teman di Goodreads juga. Yang hobi nulis resensi panjang ataupun pendek. Yang hobi bikin aku ngiler dengan pilihan buku kalian. Terima kasih sudah membuat aku sibuk baca premis dan resensi kalian. Jadinya aku nggak sibuk memikirkan hal-hal yang malah bikin aku sedih.

Kepada teman-teman yang aku temukan via Twitter (terutama karena akun Literarybase sih ya). Gila kalian dapet informasinya cepat sekali! Aku merasa teredukasi dengan twit kalian. Aku jadi terdorong untuk eksplor lebih jauh, terdorong untuk mencari referensi yang lebih kaya supaya aku paham dengan isu yang sedang ramai dengan dunia perbukuan di Indonesia dan di luar sana. (Tsarah, Ikram, Zakia, Jun, Shabrina, Dela, kak Fani, Jennie)

Kepada para pengelola toko buku independen: Maesy & Teddy dari POST dan Alien & Indra dari Transit. Terima kasih banyak sudah bersedia menjadi “tempat bermainku” Selalu senang kalau main ke Pasar Santa dan melipir ke tempat mereka. Aku selalu disambut hangat dan diajak ngobrol santai. Di kedua tempat itu aku juga bertemu sesama pembaca yang akhirnya jadi kenal dan saling follow di media sosial.

Kepada semua penyelenggara acara perbukuan ibukota yang aku sendiri lupa sudah berapa banyak telah kuhadiri. Mungkin inilah enaknya berada di Jakarta, akses kepada acara literasi lebih mudah. Sehari bahkan bisa ada 4 kegiatan berurutan yang bisa diikuti. Mereka-mereka itu yang membuatku jadi mendapat kenalan baru hingga tidak jarang berujung pada kolaborasi. (Jakarta International Literary Festival, Bedah Buku Conference, Klub Buku Narasi, Lewat Jam Tiga, Read N Greet, Tukar Tambah, #DiRumahAja Literary Festival, dll).

Book is my coping mechanism. Nggak cuma bukunya aja, tapi orang-orang yang ada di baliknya juga. Terima kasih banyak sudah membantuku melalui setahun yang berat itu. Kalau bukan karena kalian, entah aku akan ada di mana saat ini. You have saved me.

Dan tentu saja kalau nggak ada Devina, Dame, Juni, Raafi, Aven, Pras, Dani, dan mas Afy, aku juga nggak tahu mau cerita ke siapa lagi soal semua hal yang berkecamuk di dalam kepala. Aku nggak tahu di kehidupan sebelumnya apa yang sudah aku lakukan sampai bisa mendapatkan teman seperti kalian. Terima kasih karena nggak pernah capek menghadapiku.

Surabaya, 19 Juni 2020–Tepat usiaku berubah menjadi 27 tahun.

— June 19, 2020

2 thoughts on “The 27th Acknowledgement

  1. Happy belated birthday, Kak Hesti! Many happy returns~ keep shining!

  2. Terima kasih udah selalu menginspirasi dan berbagi ceritamu, Hes. *virtual hug!*

What Do You Think?