Selamat Hari Buku Nasional! 17 Mei 1980 ditetapkan menjadi Hari Buku Nasional sebab tanggal itu juga merupakan peresmian Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI). Sayangnya beberapa hari belakangan ini, media memberitakan juga perihal pro-nya PNRI dengan tindakan pembakaran buku yang dianggap kiri. Beberapa kicauan di Twitter menyayangkan keputusan tersebut, dan merasa berkabung di hari yang katanya Hari Buku Nasional.
Bagi mereka yang membaca buku-buku distopia klasik seperti 1984 karya George Orwell ataupun Fahrenheit 451 karya Ray Bardburry yang fenomenal tersebut, pasti teringat dan bisa jadi malah menjadi ngeri sendiri. Sebab, apa yang dituliskan oleh dua penulis tersebut akan menjadi kenyataan. Baik 1984 dan Fahrenheit 451 bukanlah sebuah instruksi, melainkan peringatan agar kaum manusia tidak melakukan kebodohan-kebodohan tersebut.
Pemberangusan buku pernah juga dituliskan oleh salah satu pustakawan terkenal yang kemudian diterbitkan dengan judul “Penghancuran Buku”. Kisah pembakaran atau pemusnahan buku tidak terjadi di Indonesia saja. Untuk mereka yang pernah membaca buku-buku sejarah pasti tahu kalau Hitler dan Mao pernah memerintahkan tentaranya untuk memusnahkan buku sebab mereka tahu, untuk menghancurkan sebuah budaya, hancurkanlah buku, seranglah perpustakaan.
Tapi kita sudah tidak hidup pada zaman yang seperti itu. Generasi muda saja sudah punya sebutan Millenials, masa untuk memberlakukan suatu kebijakan saja tetap menggunakan cara lama? Memang betul, Indonesia punya pengalaman tidak mengenakkan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), lantas apakah itu berarti menutup semua akses untuk mengetahui apa-apa saja yang terjadi di tahun 1965 (termasuk ketika pemberontakan PKI di bawah pimpinan Muso)? Ketakutan yang berlebihan seperti itu yang menyetir manusia untuk langsung memutuskan membakar buku yang dirasa akan mengancamkan eksistensi ideologi Pancasila.
Tunggu, bukankah kebodohan salah satunya berasal dari ketidaktahuan?
Baca Apapun yang Ingin Kamu Baca
Banyak sekali orang yang bertanya bagaimana bisa menumbuhkan minat baca, diawali dari diri sendiri. Aku sih secara sederhana hanya mengatakan untuk membaca apapun yang membuat kamu tertarik. Dari ketertarikan itu, individu pasti akan mencari tahu lebih dan lebih. Sumber informasinya bisa berawal dari apapun hingga akhirnya ia merasa kalau buku bisa membantu banyak untuk mengubah ketidaktahuan itu menjadi wawasan.
Entah berapa kali aku menuliskan kalau membaca bisa berimbas pada bagaimana seseorang mengambil kebijakan. Dalam Spektrum Pengetahuan, yang dari informasi yang dikumpulkan seseorang melalui membaca (mau itu media cetak ataupun non cetak) ataupun menonton dan mendengar akan mengendap dan membentuk sebuah wawasan jika saling terkoneksi satu sama lain. Wawasan itulah yang kemudian menjadi landasan ia membuat sebuah kebijakan atau bertindak. Termasuk, ketika informasi seseorang terlalu minim tentang ideologi Komunis dan secara spontan langsung menyetujui aksi pembakaran buku.
Stereotipe di tengah masyarakat selalu berujar, “semakin dilarang, akan semakin mejadi-jadi rasa penasarannya”. Sama seperti ketika aku tahu kalau salah satu buku Salman Rushdi yang berjudul “Satanic Verses” dilarang beredar di negara-negara Islam, termasuk Indonesia, aku pun menjadi semakin penasaran seperti apa tulisan yang kabarnya melecehkan agama Islam tersebut. Masyarakat yang tidak merasakan ketegangan 1965, seperti aku ini, tentu penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi (meskipun kebenaran sejarah 1965 juga masih dipropaganda oleh pemerintah). Semakin digaungkan kalau buku-buku tersebut, sangat memungkinkan banyak orang yang semakin penasaran dengan judul-judul apa saja yang dimusnahkan. Jangan-jangan buku Catatan Seorang Demosntran karya Soe Hok Gie juga masuk di dalamnya.
Dengan adanya peristiwa perampasan buku yang dikatakan “kiri” hingga pemusnahan, jangan sampai apa yang dituliskan oleh Ray Bardburry benar terjadi: manusia-manusia hanya mengingat dari cerita-cerita lisan tentang kejadian-kejadian penting karena buku yang merupakan salah satu alat rekam sudah dimusnahkan.
Sekali lagi, Selamat Hari Buku Nasional!
Ohya, kalau ada diantara teman-teman ingin berbagi ide, buku, tenaga & pengetahuan untuk Taman Bacaan Manca (Rumah Perubahan), boleh sekali kontak saya di LINE: hzboy1906. Siapa tahu, kita bisa berkolaborasi untuk negeri yang semakin mencintai ilmu & pengetahuan!
— May 17, 2016