Aku pertama kali mengenal e-book reader sepertinya ketika film The Hunger Games (2012) sedang proses pengambilan gambar. Saat itu, JLaw atau pemeran Katniss Everdeen terlihat sedang membaca menggunakan Kindle 4th Gen. Wah, ada teknologi baru ya ternyata untuk membaca buku. Bukan melalui ponsel atau tablet, tapi ada produk gawai tersendiri yang memfokuskan pada pembaca buku.
Rasa penasaran terhadap e-book reader akhirnya terbayarkan pada 2016. Kala itu sudah ada beragam produk yang dihasilkan oleh vendor yang berbeda. Sebut saja Kindle yang merupakan produk dari Amazon dan Kobo dari Rakuten. Masih ada lagi Nook buatan Sony (dan sempat bekerjasama dengan Barnes & Nobles).
Ketika aku menggunakan e-book reader Kobo, aku mendapatkan sensasi berbeda dalam pengalaman membaca. Layarnya menggunakan teknologi e-ink yang jelas berbeda dengan layar LED di ponsel dan tablet. Tapi tidak jarang aku mendapat pertanyaan, “Eh Kobo tuh beda ya sama Kindle?” Ya, pada intinya berbeda. Bedanya ada dimana?
Informasi mendasar tentang perbedaah Kobo dan Kindle bisa ditelusur di beragam situs yang meresensi barang elektronik. Wah, ada banyak! Makanya itu aku pun mengumpulkan beberapa tulisan review pengguna yang juga sama-sama seorang bookdragon sepertiku.
Hzboy Reads Podcast Episode 6 – Kindle vs Kobo
Percakapan antara aku yang menggunakan Kobo Glo HD dan Kobo Clara HD dengan Devina yang menggunakan Kindle Paperwhite bisa didengarkan di salah satu episode siniarku.
The Kindle Experiences
Dari lingkaran pertemananku, ada setidaknya 4 orang yang sudah merekam pengalamannya menggunakan Kindle dengan tipe/gen yang berbeda.
- Devina Yo dan Kindle Paperwhite (yang dia sendiri lupa gen berapa)
- Stefani dan Kindle Paperwhite (2015)
- Grisselda dan Kindle Oasis
- Sophia Mega dan Kindle 7th Gen
The Kobo Experiences
Kalau dari pengguna Kobo sendiri, yang aku kenal dan membuat tulisan hanya ada aku dan kak Ren. Sebenarnya aku juga kenal beberapa pengguna Kobo yang lain (halah, ngaku aja yang pakai Kobo di Indonesia tuh emang dikit!)
Additional Explanation: You can read books you’ve purchased from Google PlayBooks on your Kindle/Kobo!
Yap, benar. Kalau membeli buku di Google PlayBooks ternyata bisa dibaca di perangkat e-book reader juga lho!
Perlu diketahui, format berkas buku dari Google PlayBooks adalah .epub, sebagaimana format berkas buku yang bisa diakses oleh Kobo. Berbeda dengan Kindle yang mengakses format berkas buku .mobi dan .azw3 sehingga butuh langkah tambahan agar bisa mentransfer dari Google PlayBooks ke Kindle.
Untuk hal pindah-memindah, situs resminya Kobo bahkan menulis langkahnya dengan cukup detil dan mudah diikuti. Silakan tengok di sini.
Kalau Kindle, aku sendiri belum menemukan adanya situs resmi yang membeberkan langkah-per-langkahnya. Namun ada pengguna Kindle yang mau berbagi cara. Bisa dibaca di sini ya.
…Kindle/Kobo Bisa Dipasang (install) Apa Aja, Kak?
Ini juga pertanyaan yang sering diajukan.
Kobo sampai sejauh ini belum ada perangkat yang bisa dipasang aplikasi lain. Jadi ya memang hanya untuk membaca buku saja.
Kindle yang mungkin bisa dipasang aplikasi rasanya adalah Kindle Fire. Sepengetahuanku, Kindle Fire posisinya di atas Kindle e-book reader namun di bawah tablet. Meski begitu, untuk dapat memanfaatkannya secara optimal, pengguna harus berlangganan layanan Amazon Prime. Di Indonesia tampaknya layanan tersebut belum tersedia.
Jadi, kalau mau membaca dari Gramedia Digital tidak bisa menggunakan perangkan e-book reader. Silakan gunakan ponsel atau tabletnya yang menggunakan OS Android atau iOS.
Oh, Ternyata Gramedia Digital, Scribd dll Bisa Dipasang di Gawai Ini!
Namanya juga teknologi, pasti berkembang cepat sekali. Kalau sebelumnya aku cuma memberikan perbandingan antara Kindle dan Kobo saja, kali ini ada satu merk gawai e-reader yang namanya sudah cukup sering muncul di kalangan para Bookdragon: Onyx Boox.
Gawai satu ini menggunanan operating system Android sehingga bisa dipasang aplikasi membaca seperti yang teman-teman gunakan di ponsel/tablet bersistem operasi serupa. Onyx Boox ini bisa dikatakan sangat berguna jika teman-teman tidak hanya membaca dari satu platform saja melainkan juga membaca multi-platform. Seperti misalnya tidak hanya membaca dari aplikasi Kindle namun juga berlangganan akses Gramedia Digital dan meminjam buku di iPusnas. Sayangnya, dari semua pengalaman pengguna yang ada, Onyx Boox ini tergolong mahal. Harganya bisa Rp3-Rp5jutaan tergantung pada model yang kita inginkan. Semakin canggih, tentu harganya menjadi semakin tinggi.
Ohya, perlu diingat ya, Onyx Boox ini dasarnya memang e-book reader. Meski sudah bersistem operasi Android, ia tetap menggunakan prosesor yang berbeda dengan ponsel/tablet. Jadi sudah tentu responnya lebih lambat beberapa detik daripada ponsel/tablte (wajar sekali sih itu).
Sebagai pelengkap, ada dua Booktuber yang meresensi Onyx Boox mereka. Semoga bisa membantu ya!
Well, semoga dari beragam sumber yang sudah aku sematkan dalam blogpost ini bisa membantu teman-teman untuk memutuskan mau menggunaka e-book reader yang mana. Kalau misal masih kurang jelas, silakan langsung colek aku di Twitter atau di Instagram.
— June 3, 2020
Sampe sekarang masih setia pake ponsel dan Galaxy Tab 3 jadul buat baca via Google Play Book. Sengaja biar orang ga mikir kalau saya lagi baca buku. Tapi emang korbannya mata sih, minus nambah setelah namatin Don Quixote.
oh wow kenapa biar orang nggak mikir kalau baca buku? apakah pernah mendapat komentar kurang menyenangkan terkait hal itu?
Halo Hestia, salam kenal! Aku sudah pakai Kobo sejak 2016. Alasan pilih Kobo, tidak familiar dengan Amazon ecosystem, dan Kindle ga bisa baca format .epub jadinya ga bisa baca ebook bajakan hahahah.
Akhir 2019 lalu jalan-jalan ke UK dan di sana beli Kobo Clara HD (surprisingly harganya lebih murah dari harga Kobo Glo refurbished yang beli di Glodok), no regret at all.
Lalu sekarang kok tau-tau kepengen Paperwhite karena koleksi di Amazon lebih banyak.
yes, aku pun beli Clara HD juga di Jepang karena kalau masuk Indo waduh bisa mahal sekali :”)
Makasih postingannya, Kak, terutama podcastnya. Sangat membantu dalam memilih antara Kindle Basic atau Kobo Glo. Akhirnya pilih Kindle Basic 10th Gen mainly karena fitur screenshot XD. Oh ya, buat pembaca blog Kakak yang budget-nya cekak seperti saya bisa pilih Kindle Basic 10th Gen aja karena udah ada frontlight. Perbedaan dengan Paperwhite hanya resolusi (167 vs 300 dpi) dan non-waterproof, tapi selisih harga bisa 600 ribu. hehe
Aku belum pernah coba Kobo, tapi memang sejak awal udah pengen punya Kindle Paperwhite sih, jadi Kobo nggak pernah jadi pertimbangan. Hehe 😬
Anyway, terima kasih sudah link ke postingan blogku 🤗
Kalau di EU (Belgia dan Belanda) dan Canada itu lebih banyak orang pakai Kobo karena ada Kobo Plus subscription. Bedanya sama Kindle Unlimited (belanda dan belgia gak dapet jasa ini) itu kalo Kobo Plus ebooks nya dari pengarang terkenal, bukan indie authors seperti yg ada di Kindle Unlimited.
Btw makasih ya rekomendasi cari buku (ebooks) indonesia di google store. Kita susah skali cari ebooks indonesia disini. Kalau beli buku fisikpun riwet.
Halo kak Hestia, salam kenal. Saya mungkin di antara segelintir orang Indonesia yang pakai Kobo. Saya pakai Kobo Aura Edition 2. Pilih Kobo karena sebelum punya e-reader sudah punya banyak koleksi e-book dari Google Play Book. Selain itu, karena Kobo bisa terima format file yang lebih banyak daripada Kindle. Oh iya, di Kobo juga ada aplikasi Pocket. Jadi, kita bisa save artikel saat browsing di hp ke aplikasi Pocket untuk dibaca kemudian. Nanti tinggal di-sync dengan aplikasi Pocket di Kobo.