Sejak tahun 2016 aku sudah merantau ke Jakarta. Hingga tahun 2022, tercatat sudah berpindah tempat tinggal (masih di area Jabodetabek) sebanyak lima kali. Awalnya berangkat dari Surabaya hanya membawa satu koper. Tapi karena banyaknya toko buku di sini, kekalapan belanjaku bak aksi balas dendam. Aku menimbun banyak buku yang berimplikasi membuatku riweuh setiap kali pindahan.
Meski sudah berusaha untuk mengirimkan satu kardus besar (10kg) ke rumah, tapi tumpukan di kamar kos rasanya tidak pernah menyusut. Keinginan untuk terus belanja yang impulsif dengan harapan, begitu sampai kamar akan langsung dibaca, terus mendominasi.
Perpustakaan? Such a good idea, indeed. Tapi aku yang lebih banyak “mager” daripada bergerak melihat bahwa usaha datang ke Perpustakaan Daerah atau Perpustakaan Nasional terasa agak merepotkan. Belum lagi ongkos ke sana.
Then, I saw an Instagram Story posted by @awaywithbooks. Dalam kontennya itu, dia bilang kalau melakukan peminjaman buku melalui pelayanan pinjam dan sewa buku online yang namanya Kutoobuku. Wah, bisa nih dijajal!
Katalog dengan Koleksi Ciamik
Karena aku tahu pertama kali dari Instagram, jadi aku langsung mampir ke laman profilnya. Bionya tertulis dengan jelas bahwa untuk melihat katalog koleksi Kutoobuku, aku bisa melipir ke @kutoobuku.katalog.
Selain via Instagram, katalog juga bisa dilihat melalui tautan yang ada di bio mereka.
Koleksinya beragam banget! Dari komik hingga buku bisnis-manajemen. Varian biaya sewanya juga tidak mahal kok. Malah ada yang mulai dari Rp5.000 untuk 7 hari dan biaya deposit sebesar Rp7.000.
Waktu aku cek katalog, sesekali aku merasa takjub, “Wah, Kutoobuku punya judul ini ternyata!” Aku juga tidak menyangka kalau Kutoobuku punya koleksi berupa Kumpulan Dongeng Klasik yang pernah terbit di Majalah BOBO. Sebagai manusia generasi 90an, membaca Majalah BOBO sudah menjadi bagian dari pertumbuhanku. Langsung saja tanpa berpikir panjang, aku membulatkan tekad dan niat untuk meminjam Kumpulan Dongeng Klasik Eropa dan Kumpulan Dongeng Klasik Asia.
One Chat Away~
Langkah selanjutnya setelah aku memantapkan pilihan buku yang ingin dipinjam adalah mengontak Kutoobuku melalui WhatsApp. Ini juga tidak sulit kok, masih bisa diakses melalui tautan di bio profil @kutoobuku.
Sama seperti mengontak relasi, jangan lupa ucapkan salam dan sebut nama. Akan lebih bagus kalau langsung mengutarakan bahwa kamu ingin melakukan peminjaman buku. Harap bersabar untuk menunggu balasan dari pihak Kutoobuku juga ya. Jangan galak-galak 🙁
Balasan dari Kutoobuku berisi informasi ketersediaan bukunya. Ya siapa tahu buku yang aku incar ternyata sedang dipinjam oleh Sekutoo lain (sebutan untuk pengguna jasa Kutoobuku). Jika buku available, Kutoobuku akan lanjut menanyakan domisili/alamat tujuan kita.
Terakhir, Kutoobuku menghitung berapa biaya yang harus dibayarkan (biaya sewa + deposit + ongkos kirim). Selesaikan transaksi segera supaya buku juga bisa lebih cepat dikirimkan.
The Magnificent Packaging
Kutoobuku menggunakan jasa ekspedisi Lion Parcel. Ketika paket sudah dalam perjalanan, aku menerima pesan WhatsApp dari Lion Parcel yang menginformasikan nomor resi dan status. Mereka juga akan mengabarkan apabila paket sedang dalam perjalanan menuju tempatku. Jadi aku bisa bersiap lebih dulu dan tidak menduga-duga kapan paket tiba (ya takutnya ketika aku di tengah rapat atau sedang tidak di tempat).
Sewaktu datang, paket dibungkus dengan sangat rapi dan aman! Ada bubble wrap dan buku dikelilingi oleh kardus sehingga mengurangi risiko penyok ketika dalam proses pengantaran. Video unboxing-nya bisa disimak di Instagramku ya!
Ohya, ketika membuka paket, jangan bar-bar. Buka pelan-pelan karena semua itu, mulai dari kertas roti hingga kardus pelindung akan dipakai ulang untuk pengembalian. Enak banget ya pinjam lewat Kutoobuku. Sekutoo tidak perlu pusing-pusing untuk memikirkan packaging pengembalian.
Selain menghindari adanya kerusakan pada paket, unboxing perlahan sangat disarankan karena ada printilan yang jangan sampai hilang: kartu penggunaan buku dan stiker label untuk pengembalian. Dua hal ini penting dan jangan sampai hilang.
Kartu penggunaan berisi aturan dalam membaca seperti tidak boleh kotor, tidak boleh dicorat-coret, dan hal lain yang dimaksudkan menjaga kondisi buku dalam keadaan sebaik mungkin (supaya tetap bisa dipinjamkan kepada Sekuroo yang lain).
Sedangkan stiker label bisa digunakan untuk packing ulang buku setelah habis masa peminjaman. Dengan kata lain, Sekutoo tidak perlu menulis nama dan alamat penerima. Tinggal tempel stiker saja!
Tuhkan, Betulan Tanpa Ribet!
Pengalamanku menggunakan jasa Kutoobuku untuk peminjaman buku bisa dikatakan puas! Buku mereka pristine like new. Terbukti kalau Kutoobuku dan Sekutoo lainnya sangat menjaga kondisi buku.
Semua yang bisa dilakukan di ponsel/tab/laptop tentu sangat memudahkan. Pokoknya setelah request dan membayar besaran biaya, tinggal duduk manis saja. Eh tiba-tiba di depan pagar akan ada yang teriak, “MISI. PAKEEET!”
Partnerku juga setuju kalau Kutoobuku memberikan pelayanan yang oke dan tidak membuat Sekutoo ribet dengan administrasi ini itu. Coba deh kalian cek video review-nya:
Oh, Kutoobuku Menerima Donasi Buku!
Melihat rak bukuku yang semakin penuh padahal kamar tidak semakin besar membuatku berpikir untuk mulai declutter buku-buku yang tidak lagi menimbulkan spark joy untukku. Apalagi beberapa koleksi bukuku sudah kubeli versi digitalnya. Sewaktu aku bertanya pada Kutoobuku apakah mereka bersedia menerima koleksi dariku dan partner, mereka rupanya tidak menolak. Tentu ada langkah-langkah quality control yang harus dilakukan, but for me that’s very normal.
Informasinya memang belum dipublikasikan secara resmi dan terbuka. Katanya sih akan segera diunggah di laman Instagram mereka.
Bisa banget jadi opsi buat Sekutoo yang merasa bahwa bukunya bisa lebih berguna jika dibaca oleh orang lain. Kita tunggu kabar baik dari Kutoobuku ya!
Yakin, Tidak Mau Coba Pinjam Buku di Kutoobuku?
Dari ceritaku di atas plus review dari partnerku, rasanya Kutoobuku layak banget dicoba sebagai alternatif untuk mendapatkan akses bacaan tanpa harus merogoh kantong terlalu dalam 😉
— May 21, 2022