Kata mereka yang pernah menyesap anggur, rasanya bercampur antara manis dan pahit. Ada rasa pahit sebelum nantinya merasakan manis. Katanya juga, segelas anggur tidak bisa langsung ditenggak, melainkan dinikmati dulu aromanya. Menikmati anggur tidak murah namun yang minat pun juga tidak sedikit meskipun uangnya belum cukup.

Hidup itu bisa dianalogikan secara sederhana seperti menyesap anggur. Itu pun kalau yang mau. Seperti yang banyak kita lihat di sekeliling banyak dari mereka yang mendambakan rasa manisnya saja tanpa mau merasakan pahitnya terlebih dahulu. Padahal, menjadi berharga seperti anggur tentu butuh proses.

Semakin Lama Semakin Mahal

Anggur yang bagus katanya yang disimpan lebih dari sepuluh tahun. Rasanya lebih enak dengan harga yang lebih tinggi. Tetapi, juga banyak yang mau. Lalu apa hubungannya lama penyimpanan anggur dengan proses berkembangnya manusia?

Di luar negeri sana, remaja usia 18 tahun sudah dibiarkan mencari penghidupan sendiri. Mulai dari harus tinggal terpisah dari orangtua hingga mengakali bagaimana caranya supaya tetap bisa bertahan di akhir bulan karena sejak usia 18 tahun itulah, tanggung jawab orangtua terhadap anak perlahan dikurangi satu per satu. Apa efeknya? Remaja yang seperti itu akan terbiasa merasakan untuk bekerja terlebih dulu jika menginginkan sesuatu. Alias, menyesap pahitnya jika ingin mendapatkan manisnya.

Bagaimana dengan remaja Indonesia? Tidak jarang ketika mereka sudah berada di masa kuliah masih berada dalam lingkungan keluarga yang erat. Memang, budaya Indonesia membuat kita menjadi solid dalam keluarga inti, tetapi sayangnya hal tersebut tidak membuat seseorang menjadi mandiri. Atau setidaknya berlatih untuk menjadi mandiri. Akibatnya, ketika mereka lulus kuliah, mereka juga belum bisa beridiri sendiri. Masih saja disanggah.

Apa bedanya dengan remaja yang ketika usia 18 tahun sudah “diceburkan” ke laut lepas? Mereka memiliki kecakapan lebih dahulu ketimbang remaja di Indonesia yang baru dilepas ketika usianya mencapai kepala 2. Secara waktu, remaja di Indonesia kalah start minimal selama 2 tahun. Tetapi, 2 tahun itu adalah waktu yang sangat lumayan bagi seseorang untuk belajar berdiri. Semakin awal mereka memulai untuk “melepaskan diri” semakin berhargalah nilai pembelajaran untuk dirinya sendiri.

Tidak bosan untuk mengutip apa kata Dahlan Iskan kalau semakin muda kita menghabiskan kegagalan, ketika tua nanti kita sudah menjadi orang bijak. Orang bijak akan dihormati dan dihargai ketimbang mereka yang hanyalah seorang sarjana/master/doktor secaara kertas/titel tanpa adanya pengalaman yang mengasah kemampuan hidupnya. Sama seperti anggur yang semakin lama disimpan maka semakin berhargalah dia.

Hidup itu Sesesap Anggur

Semua orang tahu kalau merasakan manis tidaklah mudah. Life is roller coaster ride. Kadang bisa di atas dan kadang bisa terjun langsung dan berada di bawah. Tidak mungkin hidup hanya berisi hal-hal yang membuat kepala kita di atas awan. Ada waktunya kita harus merasakan keterpurukan.

Namun, tidak semua orang juga yang bisa menerima kegagalan sebagai sebuah media pembelajaran yang sangat bersifat personal. Seseorang yang melihat kegagalan dan tantangan sebagai suatu hal yang akan membuatnya susah adalah mereka yang fixed mindset. Mereka tidak melihatnya sebagai sesuatu yang bisa membuatnya untuk terus berkembang.

Sesesap anggur terasa begitu menggoda ketika mencium aromanya namun sesesap anggur tidak akan terasa manis jika sejak awal mencicipinya sudah menangkap rasa pahit saja. Sama seperti hidup. Orang lain bisa melihat dan mengatakan ingin menjadi seperti Dahlan Iskan, Steve Jobs, atau tokoh-tokoh sukses lainnya. Tetapi, ketika baru awal melepaskan diri dari zona nyaman, mereka sudah menyerah dan mengatakan kalau dirinya tidak akan bisa menjadi seperti itu. Padahal itu baru awalnya saja. Orang dengan fixed mindset akan mengatakan kalau anggur rasanya pahit dan sekalinya dirayu untuk mencicip lagi, dirinya hanya mengingat rasa pahitnya saja. Berbeda dengan mereka dengan growth mindset. Lepas dari pembiayan orangtua sejak usia 18 tahun bagi yang growth mindset merupakan suatu awal yang baik untuk belajar hidup. Mereka tahu, mereka akan menyesap pahitnya terlebih dahulu. Entah berapa lama. Tetapi mereka juga tahu, rasa pahit yang mereka rasakan di awal akan membawa mereka pada rasa manis di akhir. Kenikmatan yang membuat anggur suatu komoditas yang mahal. Mereka yang growth mindset adalah mereka yang menghargai setiap usaha dan pengalaman menyelesaikan masa-masa sulit sebagai suatu pembelajaran yang membuat mereka semakin “mahal”.

— February 26, 2016

What Do You Think?