Setiap awal tahun baru, pengguna Goodreads akan disuguhi sebuah pop up box yang bertajuk Goodreads Reading Challenge (GRRC). Platform tersebut menawarkan kepada pengguna jikalau ingin memasukkan angka tertentu sebagai target baca pada tahun itu. Ambil contoh 2021. Hal ini nantinya akan berpengaruh terhadap statistik data pengguna dalam Goodreads. Semua yang dimasukkan atau berada dalam kategori “read” pada tahun itu secara otomatis terhitung mengikuti tantangan baca.
Sejak 2012, aku tidak pernah absen untuk memasukkan angka dalam GRRC. Dalam menentukan berapa banyak buku yang (rasanya) bisa dihabiskan dalam setahun, aku selalu melihat pencapaian sebelumnya. Apakah aku sempat kesulitan atau malah terasa terlalu mudah. Prakiraan terhadap workload juga menjadi penentu. Misalnya saja tahun 2017, aku sempat ragu menargetkan 100 buku. Alhasil, hanya berani menuliskan 60.
Kebiasaan itu berlangsung hingga 2021 ini. Meskipun 2020 membuatku terkejut karena bisa menyelesaikan 186 buku (mohon diingat, aku sempat pengangguran selama 3,5 bulan), aku tidak mau gegabah. Kehidupan 2021 bisa saja sangat berubah. Lah wong pandemi saja belum kelihatan hilalnya kapan akan berakhir. Maka aku menggunakan target dengan perhitungan mendasar: bisa menyelesaikan 1 judul dalam 1 minggu. Kalau ditotal maka dalam setahun harus bisa menyelesaikan 52 judul.
Terlalu mudah? Mungkin. Tapi di sinilah yang menarik
21 Books in 2021
Aku menyadari kalau kebiasaan membacaku terbantu oleh mood. Judul yang aku baca bisa sangat acak mengikuti suasana hati dan rasa penasaran. Ingin membaca tentang fisika kuantum karena menonton Loki? Pernah. Ingin membaca tentang behavioral economics karena melihat unggahan Griss di Instagram? Sering. Ingin membaca tentang UI/UX karena partner-ku membahasnya dalam obrolan kami? Sudah tentu. Secara garis besar, judul yang aku pilih bisa dipengaruhi oleh banyak variabel. Maka jangan heran kalau meletakkan angka saja dalam GRRC merupakan hal yang mudah untuk aku penuhi.
But I want to level up the game.
Suatu ketika aku melihat unggahan menarik di media sosial terkait tantangan baca. Yang satu ini agak berbeda dari yang biasanya lewat di linimasa. Bukan milik komunitas atau klub baca tertentu yang kerap menggunakan tema-tema berbeda sebagai prompt tantangan baca. Ini malah sederhana: tentukan 21 judul yang ingin dibaca selama 2021. Alias, 21 Books in 2021.
Aku pun tergerak untuk ikut serta. Melihat historiku yang cuma sekadar put the numbers, hal ini jadi sesuatu yang benar-benar terasa tantangannya.
Laman 21 Books in 2021 versiku bisa diintip di Notion. Kurang lebih aku memilih buku-buku yang memang sudah nangkring agak lama. Baik buku fisik maupun buku digitalnya. Ohya, ketika aku mengunggah tantangan baca 21 Books in 2021, rupanya ada juga Bookdragons yang tertarik untuk ikutan. Aku tentu saja senang melihatnya! Jadi dapat referensi menarik lainnya.
How It Goes…
Sekarang sudah akhir Agustus. Mari dibulatkan saja kalau 2021 sudah berjalan 8 bulan. Aku pun menengok lagi pada 21 Books in 2021 yang dicanangkan sejak Januari. Sudah berapa banyak buku yang masuk daftar yang berhasil aku tuntaskan?
Melihat data bacaan yang aku kelola lewat Ms. Excel rupanya jumlah judul yang dihabiskan dan keteririsannya dengan 21 Books in 2021 tidak signifikan. Aku memang berhasil membaca lebih dari 100 judul tetapi irisannya dengan tantangan itu hanya 7 judul. Masih ada 14 lainnya dengan sisa waktu 4 bulan ini.
Alih-alih merasa terburu-buru agar ada sense of achievement di akhir tahun nanti, aku malah mencoba meninjau ulang kebiasaan bacaku.
Membentuk kebiasaan baca memang tidak mudah. I’ve done it since I was kid. Dibantu dengan lingkaran rumah yang sungguh “memaksa” agar menjadi pembaca. Tetapi untuk dapat stick with the reading plan, berkomitmen untuk mengikuti tantangan yang bahkan aku canangkan sendiri, ternyata masih butuh self-discipline yang tinggi.
Seperti yang disebutkan pada awal tulisan, kebiasaan bacaku disetir oleh suasana hati. Boleh jadi sudah ada reading plan, tetapi aku mudah terdistraksi oleh hasutan-hasutan. Ini membuatku bertanya kembali, “Do I read this for the sake of pleasure or just to complete the challenge?”
Tulisanku sebelumnya menekankan kalau aku ingin kembali terhubung dengan asiknya membaca. Tanpa ada tekanan. Tanpa ada tujuan ambisius. I read just because I really love reading. Apakah dengan aku baru menyelesaikan 7 judul dari 21 yang sudah ditentukan menjadi sebuah pengkhianatan? No. I don’t want to have that kind of mindset. Kalau seperti itu, bisa-bisa aku tidak lagi menjadikan membaca sebagai pelarianku, dong!
So, I guess the result so far already showed me that I can not decide the title to be read. Aku tidak bisa memasang judul tertentu untuk dihabiskan. Jadi, apakah 2022 tidak akan ada 22 Books in 2022? Well, let’s see. Seperti yang biasa aku lakukan setiap pergantian tahun: mengevaluasi kegiatan bacaku. Data-data yang sudah aku kumpulkan melalui reading tracker di Ms. Excel dan juga di Goodreads menjadi basisku untuk menentukan target baca hingga tipe tantangan baca tahun berikutnya.
— August 28, 2021
Begitulah yaa, sulit menahan godaan sama bacaan-bacaan lainnya. Adaaaa aja yang terlihat lebih menarik dan auto masuk daftar prioritas :))
memang manusia mudah tergoda imannya kak hahaha
7/21, dan nggak menganggap itu sebagai pengkhianatan. Nice one, Hes 😀
– Ttd, Gue yang enjoy baca surprise review yang lo taruh di IG dan Goodreads. –
aw terima kasih cici! <3
Kak, contoh reading trackernya dong.. maaf mgkn ak kelewatan infonya.. thank you kak..