Saking nyamannya dengan membaca, aku nggak mau gatekeep ini sendirian. I want people to feel that reading is such a lovely activity. Motif itu yang membuatku memutuskan untuk benar-benar terjun dalam lingkaran literasi. Sederhana dan memang sebaiknya aku jaga agar tetap demikian.

Menginisiasi Baca Bareng – Silent Book Club Jakarta jadi titik awal. Ketika partisipan mulai berdatangan dan bertambah banyak, orang lain pun melirik. Sambutan dan ajakan kolaborasi menghampiri. Mengaplikasikan kata pepatah, “if you want to go far, go together.” Tapi itu juga nggak mudah. Akan ada saja pihak yg nggak se-value. Mungkin malah ada yang merasa terintimidasi.

Sekitar 2 bulan lalu, something happened on Twitter. Membuatku memutuskan untuk menonaktifkan akun selama kurang lebih 10 hari. Menenangkan diri, refleksi, kontemplasi, mengoreksi. Sempat berpikir, “If they think I stole the spotlight, I’d better step down from the stage.” Aku nggak bisa menutupi kalau drama itu membuatku overwhelmed by the emotion. Aku belajar untuk menerima emosi itu agar bisa memberikan respon yang baik. Bukan malah menyerang dan merundung secara berkelompok. Atau pun julid terhadap apa yang orang itu sampaikan–meski tidak ada hubungannya dengan drama itu. Apa yang terjadi di ranah Twitter kala itu membuatku belajar banyak mengenai sejauh apa keseriusanku nyemplung di ekosistem ini.

Di sisi lain, ada banyak yang harus dikerjakan secara serius. Aku kewalahan mengelola energiku. Efeknya: beberapa inisiatif kegiatan yang ingin dikembangkan Baca Bareng harus dipikirkan ulang. Aku nggak mau setengah-setengah melakukannya atau melenceng dari moral compass-ku.

Aku makin punya alasan yang kuat untuk rehat sejenak. Baca Bareng akan jeda dari ajakan kolaborasi bulan September nanti. Kalau pun teman-teman mau mengisi waktu dengan diskusi buku, ada banyak sekali klub yg bisa diikuti. Go explore them, too!

I want to reconnect myself with reading. Yah, kalau mau pinjam istilahnya plutokrats satu itu *ehem BG*, I want to have my own “Thinking Month.” Sengaja menciptakan jarak agar bisa kembali menikmati gelaran event perbukuan yang ku helat.

Semoga dengan jeda itu, aku dapat kembali fokus pada hal positif yang bisa disiarkan melalui Baca Bareng tanpa harus merasa terganggu oleh ocehan negatif dari pihak lain.

Again, tujuanku nyemplung di ekosistem literasi sesimpel ingin menularkan keseruan membaca. Yang lainnya cuma bonus. Tapi dengan keadaan seperti ini, sudah waktunya to put my mental wellbeing as my top priority.

I hope you all understand 🙂

XOXO,
Hestia

— August 26, 2021

One thought on “Mengambil Jeda di Tengah Riuh

  1. Pingback: Apa Kabar Tantangan Bacaku? – your world, my nest, vague trust

What Do You Think?