Selamat wisuda untuk teman-teman yang ada di Surabaya! Salam semangat dari saya yang ada di Bekasi ini ya. Sedikit pesan untuk kalian semua, wisuda hanyalah perayaan sehari saja. Selamat datang ke dalam dunia yang penuh ketidakpastian, dunia dimana ilmu yang sudah didapatkan melalui kurang kelas hanya sepersekian saja yang terpakai. Dunia ini lebih banyak menguji mentalitas ketimbang hafalan dan definisi istilah-istilah penting.
Menjadi anak muda berarti memiliki kesempatan untuk berbuat salah sebanyak apapun yang bisa dilakukan. Tetapi, jangan jadikan kesalahan tersebut suatu hal yang lumrah terjadi sehingga kamu bisa melakukannya berulang kali. Seperti judul buku terbaru dari John C. Maxwell, “Sometime You Win, Sometime You Learn”. Jadikan kesalahan tersebut sebagai seuatu bentuk pembelajaran. Begitu pula dengan kekalahan.
Wisuda sepertinya menjadi suatu euforia yang wajib dirayakan secara besar-besaran. Kabarnya, hal tersebut dilakukan karena perjuangan selama minimal 3.5 tahun untuk menyandang gelar sarjana akhirnya terbayarkan sudah. Sebuah ijazah bisa dijadikan jaminan kalau seseorang sudah menuntaskan pendidikan jenjang Strata 1. Namun, tahukah kamu kalau yang namanya realita sering sekali tidak melihat gelar dan asal perguran tinggimu?
Setelah wisuda ada yang namanya bursa kerja. Berbondong-bondonglah mereka yang sudah lulus, membawa-bawa map berisi dokumen penting untuk mengadu nasib. Bersikut-sikutan dengan para sarjana lain yang juga ingin mendapatkan pekerjaan. Berharap akan suatu penghidupan yang lebih baik. Namun, tidak jarang juga, mereka yang berada dalam pertarungan mendapatkan pekerjaan hanyalah mereka yang melakukannya atas nama formalitas. Agar tidak membuat malu keluarga. Agar bisa dibanggakan oleh kedua orang tua ketika unjung-unjung lebaran nanti. Selebihnya, kembali lagi orang tua yang tetap menyokong kehidupan sehari-hari.
Ketahuilah kalau dalam dunia kerja nantinya adalah kekuatan mental yang diuji. Semua orang bersiap untuk mendapatkan kesenangan, penghargaan, apresiasi. Tetapi, tidak semua orang bersiap untuk mendengarkan keluhan, kritik pedas, dan menerima kekalahan. Seringkali yang tidak siap tersebut, memiliki banyak alasan, menjadikan gelar dan ijazahnya sebagai tameng ketimbang mencoba untuk bangkit dan menjadi seorang pembelajar yang baik. Dan sayang sekali, jumlah anak muda yang seperti itu yang mayoritas ada di Indonesia.
“Saya kan lulusan Universitas X? Kok bisa sih nggak lolos kualifikasi pegawai di perusahaan Y? Jangan-jangan dia punya orang dalam!” Begitulah ujaran yang akan terlontar dari mereka yang mentalnya masih belum bisa diadu dalam dunia nyata. Lantas, ketika menjadi siswa hingga mahasiswa, apa saja yang dilakukannya selain untuk mendapatkan nilai bagus semata?
Mereka yang seperti itu tidak menyadari kalau mereka berada dalam posisi “Sometime You Learn” Kalah bukan berarti buruk. Itu artinya kalau kita masih perlu banyak belajar. Bukannya malah menuduh sesuatu yang buruk seakan-akan orang lain melakukan kecurangan.
Mentalitas. Itulah yang sebaiknya dimiliki oleh anak muda. Wisuda hanyalah perayaan semata. Tidak ada apa-apanya dibandingkan berjuang benar-benar untuk bisa bertahan hidup. Bukan lagi mengandalkan pendapat orang tua untuk menyanggah gaya hidup yang sok selangit itu. Maka kamu sebaiknya belajar untuk keluar dari zona nyamanmu. Keluar dari gengsi yang merasa kamu sudah melewati masa sulit dalam hidup. Padahal, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, ilmumu yang ada di kelas itu hanya secuil yang kamu pakai.
Sayang sekali memang, ketika masih banyak anak muda dari kelas menengah yang ternyata hanya seorang sarjana kertas.
*Tulisan ini menjadi tulisan kontribusi untuk blog DTJMNT
— March 25, 2016