Apa yang ada dibenak kalian mendengar terminologi “conference” atau “konferensi”? Mungkin ada yang menjawab, sebuah kegiatan yang bersifat formal dan biasanya membahas sesuatu secara keilmuan, empiris, dan akademik. Atau mungkin ada yang mengatakan bahwa konferensi cukup lekat dengan para orang-orang pintar. Tetapi bagaimana dengan Bedah Buku Conference?

Namanya unik. Bedah buku tetapi ditutup dengan kata “conference“. Sebab, biasanya, aku menemui konsep bedah buku yang dibawakan dengan waktu yang singkat. Hanya ada satu orang pembedah dengan audiens yang cukup banyak. Pembedah biasanya membahas tentang bukunya sendiri (kalau semisal ia adalah penulis) atau pembedah membahas tentang buku yang menjadi kesukaannya. Durasi selama 120 menit dialokasikan paling besar untuk membedah dan sisanya untuk sesi tanya jawab. Tetapi hal itu tidak berlaku di Bedah Buku Conference.

Peers, Not Presenter

Ketika itu sedang iseng membuka Instagram Story sebelum tiba-tiba muncul iklan Bedah Buku Conference. Penasaran, aku telusur lebih jauh bahkan hingga membaca setiap caption yang ada di unggahan kanal Instagramnya. Berawal dari rasa kepo, ada keinginan untuk bergabung. Usut punya usut, mereka melakukan proses seleksi untuk dapat bergabung. Untung saja, tenggat waktu mendaftar belum terlewat sehingga aku bisa langsung mendaftarkan diri.

Pendaftaran dilakukan secara online dengan mengisi Google Form. Ada beberapa pertanyaan yang harus diisi, salah satu yang penting adalah motivasi mengapa ingin menjadi salah satu Peers (begitulah BBC menyebut para partsipannya). Aku masih ingat bahwa keinginanku untuk mengikuti BBC adalah berkolaborasi. Aku dengan kegiatan Baca Bareng ingin mengetahui apakah ada kemungkinan bisa sama-sama menggiatkan minat baca Indonesia melalui BBC. Sebab menurutku, banyaknya komunitas dan kegiatan literasi di Indonesia seharusnya bukan sebagai ajang kompetisi antara mana yang paling keren (atau sejenisnya). Melainkan untuk saling bekerjasama bahu-membahu dan saling mendukung.

Andy Noviadi selaku pendiri Bedah Buku Conference sedang menjelaskan “aturan main” selama kegiatan berlangsung (foto oleh: Wita)

Singkat cerita, aku terpilih menjadi salah satu Peers dalam BBC Batch 3 Jakarta. Katanya, dari banyaknya aplikasi yang masuk, para panitia hanya memilih 13 orang. Wah, rasanya sungguh beruntung! Tetapi rasa lega tidak berhenti sampai di situ saja. Mengingat bahwa BBC memiliki konsep yang unik – bahwa partisipan atau Peers adalah pembedah, maka tentu ada buku yang harus aku bedah.

Panitia kemudian mengirimkan outline yang bisa membantu Peers untuk membuat poin-poin penyampaian. Hal itu dilakukan karena waktu presentasi tiap Peers dibatasi hanya 10 menit saja. Kami pun sebenarnya tidak diwajibkan membuat materi presentasi. Pokoknya, harus bisa menyampaikan isi atau insight yang membuat Peers terinspirasi kepada Peers yang lain.

It Is Beyond “Bedah Buku”

Membaca dan memahami buku untuk diri sendiri memang terdengar mudah. Tetapi untuk menyampaikannya kembali dan mencoba merekomendasikan kepada orang lain adalah perkara yang berbeda. Setidaknya harus bisa persuasif.

Memang, berbicara di depan orang lain (yang meskipun dalam jumlah kecil) kerap dianggap sebagai tantangan. Rasa grogi yang muncul bisa menjadi hambatan bagi Peers untuk menjelaskan apa isi buku atau pesan yang ingin disampaikan kepada audiens. Namun itulah keseruan yang aku rasakan.

Selain insight yang didapat, rekomendasi bacaan menarik, Bedah Buku Conference bisa menjadi ajang berlatih berbicara di depan umum secara efektif. Bayangkan saja, kami harus mampu menyampaikan lesson learned atau pengetahuan baru dengan durasi hanya 10 menit. Tidak berlebihan jika aku menganggap BBC sebagai salah satu gigs untuk melatih kemampuan kita melakukan public speaking.

Gugup itu pasti. Tapi dengan latihan bicara di depan umu, setidaknya meminimalisir rasa gugup itu (foto oleh: Wita).

Begitu pula dengan kemampuan kita berpendapat dengan baik. Setelah Peers melakukan presentasi buku, Peers yang lain dipersilakan untuk merespon. Bisa dengan mengajukan opini ataupun bertanya. Dan Peers yang melakukan presentasi memberikan jawaban. Meskipun terasa sangat singkat (karena kurang lebih hanya berlangsung selama 5 menit), lagi-lagi membuat Peers harus berlatih untuk menerima tanggapan. Bagi yang sudah terbiasa presentasi dan menerima umpan balik rasanya (mungkin) biasa saja. Tetapi untuk mereka yang baru melakukan hal itu, direspon oleh Peers lain menjadi sebuah latihan untuk mendengar dan menyimak.

Sebuah Bentuk Dedikasi

Selain konsepnya yang menarik, Bedah Buku Conference juga memiliki tim yang tidak kalah mengagumkan. Terdiri dari 4 anak muda yang ternyata adalah awak kabin dari salah satu maskapai di Indonesia. Bayangkan saja, mereka sendiri sudah sibuk harus wira-wiri terbang ke sana kemari, tetapi masih sempat membuat sebuah acara berbau literasi! Apalagi kalau bukan disebut sebagai dedikasi?

tim Bedah Buku Conference, dari kiri: Rian, Dila, dan Andy (foto oleh: Wita)

Pertama kali diselenggarakan pada bulan April 2019 dan mendapat umpan balik positif dari para Peers Batch 1, tim BBC pun langsung berkomitmen untuk membuat Batch 2. Meskipun diadakan setiap 4 bulan sekali, nyatanya hal itu terbayarkan. Bedah Buku Conference yang berjalan dari pukul 09:00-15:00 WIB mengambil tempat yang selalu menyenangkan co-working space dan kafe. Belum lagi dengan acara yang tersusun dengan baik. Diawali dengan perkenalan dan expectation set, sesi presentasi, dan ditutup dengan awarding serta expectation review. Tidak heran jika para Peers semakin lama menjadi semakin bersemangat meskipun hari semakin sore.

Para Peers Batch 3 dan buku-buku yang mereka bahas (foto oleh: Wita)

Untukku sendiri, Bedah Buku Conference membawa pengalaman yang berbeda. Aku, untuk pertama kalinya, melakukan presentasi buku di luar teman-teman kantor. Yes, aku bahkan berlatih sejak 2 hari sebelum untuk dapat menyampaikan presentasi dengan baik. Selain itu, aku mendapatkan teman-teman baru dimana mereka membawa bacaan yang di luar zona nyamanku. Wah, rekomendasi bacaan jadi semakin banyak nih! Dan tentu saja kehadiran Bedah Buku Conference membawa warna baru dalam gerakan literasi dan minat baca di Indonesia.

Bagi kalian yang ingin menjadi Peers di Bedah Buku Conference selanjutnya, jangan sampai kelewatan informasi di kanal Instagram mereka ya! Isilah formulir dengan serius, dan jika terpilih, lakukan dengan sungguh-sungguh. Niscaya, apa yang kamu dapat bisa dianggap sebagai sebuah investasi masa depan.

EXTRAS

Aku tahu kok kalian penasaran dengan buku apa sih yang dibahas oleh para Peers di Batch 3 ini. Berikut adalah daftarnya:

  1. Saskia Ratry membawakan Resolve Conflict in Your Life oleh Dale Carnegie
  2. Tiya Paryati membawakan Berdamai dengan Diri Sendiri oleh Muthia Sayekti
  3. Rifqi Akbar membawakan Walls (sebuah drama)
  4. Dela Arundina membawakan Vicious oleh V. E. Schwab
  5. Sintia Astarina membawakan Selamat Datang, Bulan oleh Theoresia Rumthe
  6. Hestia Istiviani membawakan Grit oleh Angela Duckworth
  7. Diyas Susanto-Rahardja membawakan Creativity, Inc. oleh Ed Catmull
  8. Annisa Hendrato membawakan The Books oleh Keith Houston
  9. Kristal Prima membawakan Mindshift oleh Barbara Oakley
  10. Bagus Estu membawakan How to Win Friends and Influence People in Digital Age oleh Dale Carnegie
  11. Prastari Asri membawakan Raden Mandasia Pencuri Daging Sapi oleh Yusi Avianto
  12. Aldila Nur Sakinah membawakan Factfulness oleh Hans Rosling
  13. Tiara Dewi Islami membawakan 12 Years A Slave oleh Solomon Northup

Semoga daftar di atas masuk ke dalam daftar to-be-read di rak Goodreadsmu :p

— December 16, 2019

What Do You Think?