My first baby is born!
Bukan anak manusia. Melainkan sebuah buku (digital) yang berisi sehimpun puisi dan tulisan singkat lainnya. Bukan, bukan karyaku sendiri. Tetapi punya seorang kawan yang aku kenal sejak berkuliah di salah satu perguruan tinggi negeri.
Lucu juga bagaimana selama ini aku sangat cinta dengan dunia buku dan literasi. Kuliah di jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan (Library Science) membuatku semakin memahami mengapa aku punya ketertarikan yang luar biasa dengan membaca (ya betul, ada teorinya). Hingga akhirnya aku sempat mencicipi bagaimana rasanya menjadi junior editor seorang penulis ternama Indonesia. Iya, yang bukunya selalu menjadi best seller.
Cerita Awal Mula
Sebagai junior editor, tugasku tidak hanya memeriksa aksara dan melakukan cek dan validitas data saja. Aku pun juga harus menghubungi penerbit, menyampaikan apa yang diinginkan oleh penulis kepada penerbit hingga akhirnya mengurusi masalah perjanjian penerbitan. Hal-hal yang selama ini aku belum tahu banyak. Tentu, itu menjadi pengalaman menyenangkan karena seperti yang aku katakan tadi, aku begitu cinta dengan dunia buku dan literasi. (Kalau tidak secinta itu, mana mungkin setelah putus, aku malah membuat Baca Bareng?).
Apa yang pernah aku dapatkan selama kurang lebih membantu kelahiran 3 buku, aku anggap sebagai bekal untuk nantinya mewujudkan apa yang aku impikan: menjadi editor. Tetapi aku tahu sendiri, masuk ke dalam penerbit besar (tidak perlu disebutkan pasti sudah tahu) juga tidak mudah. Jujur saja, aku sudah beberapa kali mengirimkan aplikasi namun kunjung tidak ada balasan. Tetapi, bukan Hesti namanya kalau berhenti.
Aku ingat, kawanku ini pernah mengirimkan kumpulan puisinya padaku. Ketika itu aku menawarkan diri untuk menjadi beta reader. Sayangnya, aku masih sibuk bekerja full time sehingga puisi tersebut harus terpinggirkan.
Di saat masa swakarantina seperti sekarang ini (ditambah, aku sedang tidak bekerja), kebosanan rasanya menyerang banyak orang. Termasuk Doni, sosok dibalik Penerbit Anagram. Pada suatu masa, Doni mengunggah hasil terjemahan dan fiksinya yang diberi judul Sepilihan Fiksi #DiRumahAja. Ia membagikannya gratis secara daring. Tentu, aku terpelatuk melihat apa yang dilakukan Doni. Maka dari itu, aku kembali menghubungi kawanku. Bertanya apakah kumpulan puisinya masih boleh ku utak-atik. Ku tata sedemikian rupa agar bisa dinikmati oleh massa.
Ku perkenalkan, Tidur Siang dan Kisah Singkat Lainnya. Sebuah karya dari Farid Afyudin. Silakan unduh dan sebarluaskan. Nikmati dengan cara kalian. Jangan lupa, tag kami di media sosial agar kami bisa mengapresiasi kalian kembali.
Yang Ingin Diajak Tumbuh Bersama
Bangun tidur setelah menyelesaikan merapikan naskah itu, kepalaku berandai-andai. Bagaimana jika selama masa swakarantina ini aku mengerjakan tulisan-tulisan yang bisa aku bagikan secara gratis? Bagaimana jika aku punya semacam “penerbitan independen”? Dan skenario “bagaimana jika” yang lain.
Ah, jangan kebanyakan berpikir. Semoga kelahiran pertama ini bisa menjadi modal energi dan semangat untukku. (Padahal sebenarnya, aku sudah punya nama dan logo jikalau “peberbit independen” ini jadi aku kerjakan). Dan jika kamu ingin berdiskusi lebih jauh denganku mengenai kolaborasi menerbitkan sesuatu (secara daring), sila colek aku! Bisa di Twitter atau di Instagram.
— March 28, 2020