Di saat koneksi internet menghubungkan kita ke beragam akses bacaan, rupanya celah untuk membajak & membeli/mengakses buku digital bajakan masih sangat sering kita lihat.

Yang murah, apa benar sudah ori?

Suatu hari, pertanyaan yang muncul di Twitter @LiteraryBase yakni seputar buku digital yang bisa beli putus. Maksudnya, ia bisa dibeli di lapak e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak. Ditambah lagi, harganya menggoda. Dengan hanya Rp5.000 saja, pembeli sudah bisa mendapatkan buku digital. Bahkan ada promo menarik untuk beli dalam jumlah banyak. Beberapa pelapak juga menerima request judul. Pokoknya mantap deh.

Sayangnya, hal-hal seperti itu adalah tindakan pembajakan buku digital.

Perlu diketahui, sejauh ini untuk bisa membeli buku digital haruslah berada di dalam platform yang menaungi ekosistemnya. Kalau untuk koleksi buku impor, teman-teman harus memasang aplikasi Amazon Kindle, Rakuten Kobo, Google PlayBooks, atau iBooks. Sedangkan dalam negeri sudah ada Gramedia Digital, Rakata, dan Lontara App. Beberapa buku Indonesia juga sudah tersedia di Google PlayBooks. Bahkan ada juga yang sifatnya beralngganan seperti Scribd. Tapi dalam tulisan ini, aku berfokus pada platform Kindle, Kobo, dan Google PlayBooks.

Seklumit tentang Kindle

Maka bisa disimpulkan kalau, “toko buku”-nya ya ada di dalam platform tersebut.

Apakah ada situs yang menjual buku digital di luar platform yang telah disebutkan di atas? Ada. Biasanya dilakukan oleh para penerbit seperti Pluto Press, Verso, Haymarket Books dan masih banyak lagi penerbit luar negeri yang melayani pembelian buku digital melalui situs resmi mereka. Membacanya bisa dengan mengunggah berkasnya ke Google PlayBooks (untuk ponsel/tab Android) atau iBooks (untuk iOS dan MacOS) atau ke aplikasi Kindle.

….jadi tahu ya, kalau yang berjualan di e-commerce, memasang harga murah meriah adalah mereka para pembajak buku. Ohya, para pembajak ini juga berjualan di Instagram, lho! Kalau ketemu yang seperti itu, sudah tidak perlu ditegur (karena biasanya tidak mempan dan dia lebih galak dari kita). Langsung report ya! Sangat disayangkan, kebijakan e-commerce terhadap para pelapak yang menjual buku bajakan masih sangat minim 🙁

Mengapa akses yang ori?

Kalau kita berbicara dari sisi produsen: penulis, tim yang meriset, tim yang menyunting, tim redaksional hingga tim yang mengurus masalah kontrak dan hak cipta sampai buku versi digitalnya berada di pasaran (platform) tentu butuh diapresiasi. Apresiasi yang dimaksud bukan sekadar ucapan terima kasih. Melainkan pendapatan yang layak.

Mereka yang membajak buku digital (seringkali dengan nge-tweak proteksi DRM-nya lalu digandakan) mana mungkin memikirkan hal itu? Mereka adalah sekelompok individu egois yang hanya menginginkan profit tanpa pernah peduli bahwa di balik hasil karya ada peluh dari banyak orang.

Oke, itu secara moralitas dan etikanya. Bagaimana dengan pengalaman penggunanya?

Pengalamanku sebagai pengguna buku digital sejak 2016 hingga sekarang bisa dikatakan sudah nyaman. Aku suka bagaimana interkonetivitas lewat internet memudahkanku dalam membaca buku digital. Di manapun. Kapanpun

Dengan Kobo, asal ada internet, buku yang sudah ada di Library-ku bisa saling tersinkronisasi.

Begini, aku sudah menggunakan e-reader Kobo sejak 2016 dan Kindle di tahun 2021. Berkat dua e-reader itu, aku bisa denga mudah mengakses bacaan. Kalau aku mengincar buku, aku hanya perlu berselancar di toko mereka: Amazon untuk Kindle dan Rakuten untuk Kobo. Berselancarnya tidak melalui gawai e-reader, melainkan melalui peramban di laptop. Tinggal buka saja lalu ketikkan judul buku yang aku cari.

Pembayaran aku lakukan dengan Jenius. Begitu mendapatkan notifikasi (biasanya lewat surel) bahwa transaksiku berhasil, aku tinggal menyalakan jaringan wi-fi di e-reader ku lalu mensinkronisasikannya. Voila! Buku yang aku beli sudah nongol di e-reader tanpa perlu aku colok sana-sini. Sungguh nyaman sekali.

Di saat yang bersamaan, aplikasi yang ada di laptop dan ponselku juga sudah memiliki buku tersebut. Aku tinggal membacanya dari gawai manapun (yang sudah ku pasang aplikasi Kindle/Kobo) yang bisa dengan mudah aku akses. Misalnya saja ketika keadaan sedang tidak mungkin untukku mengakses e-reader, maka aku tinggal membuka aplikasinya di ponsel. Atau ketika aku bosan dengan meeting lewat ZOOM, maka aku akan membuka aplikasinya di laptop hehehe.

Untuk Kindle sendiri, jika merasa keberatan memasang aplikasinya di laptop, kita bisa mengakses Kindle Cloud Library dengan mengetik read.amazon.com saja di peramban. Log in menggunakan alamat surel dan password yang sama dengan yang kita gunakan untuk mengakses Amazon.com.

Kindle Cloud Reader milikku. Koleksi bukunya yang terpampang adalah yang sudah aku beli/dapatkan secara gratis. Koleksi itu juga sama dengan yang ada di e-reader atau di aplikasi Kindle di ponselku.

Berbeda dengan Kindle, Kobo lebih terbatas. Ia hanya tersedia dalam aplikasi ponsel, tab, dan laptop saja. Kobo tidak memiliki layanan cloud reader seperti Kindle. Akan tetapi aplikasinya masih tergolong ringan.

Kobo Desktop yang terpasang di laptopku. Judul tersebut juga akan muncul di e-reader Kobo dan aplikasi Kobo di ponselku.

Asal terhubung dengan internet, maka gawai-gawai yang sudah kupasang dengan aplikasi Kindle, Kobo, Google PlayBooks tadi bisa digunakan untuk membaca buku yang aku beli.

Aplikasi Kindle bisa diakses melalui ponsel, tablet atau laptop. Jadi, tidak bergantung dengan gawai e-readernya. Asal terkoneksi internet, Library-nya bisa saling sinkronisasi.

Kenyamanan inilah yang membuatku terus mengakses yang ori. Interkonetivitas antargawai adalah kuncinya. Belum termasuk fitur-fitur yang ada dalam masing-masing platform tadi ya. Mereka menambah kepuasan membacaku secara digital juga, tentu saja.

Tentu saja, ada Kindle dan Kobo Books di ponselku.

Tapi kan harga buku digital yang ori itu mahal…

Aku nggak bisa bilang itu salah dan nggak bisa bilang itu benar. Standar mahal bagi setiap orang tidak sama. Namun, masih bisa diakali.

Google PalyBooks, Kindle, dan Kobo memiliki promo yang berbeda-beda. Mari kita manfaatkan saja dari situ. Misalnya, Google PlayBooks yang gemar memberikan voucher Rp25.000. Biasanya sih tidak ada notifikasinya. Kita sendiri harus rajin-rajin mengecek.

Begitu pula dengan Kobo. Di situsnya, Kobo tidak punya bagian khusus untuk memisahkan buku-buku yang mereka diskon. Semuanya harus dari kita untuk melakukan pengecekan. Berbeda dengan Kindle yang secara rutin punya Kindle Daily Deals dan Kindle Monthly Deals. Oh, Kindle juga terkadang punya diskon untuk beberapa judul tertentu di luar katalog Daily Deals & Monthly Deals. Aku biasanya sudah menandai buku-buku mana saja yang aku incar (dimasukkan ke Wish List) lalu setiap hari aku buka daftar itu untuk melihat apakah ada yang sedang didiskon. Tidak jarang, aku mendapat buku incaran hanya USD1.99 saja. Lumayan sekali, kan?

Shopping List-ku di akun Amazonku.

Anyway, itu tadi sekilas tentang buku digital yang ori dan rasa nyaman yang ditimbulkan. Semoga kamu tidak ragu lagi untuk membeli buku digital ori ya. Tidak harus punya gawai e-reader. Kamu hanya perlu pasang aplikasinya di ponsel, tablet, atau laptopmu. Enak banget!

— May 4, 2021

5 thoughts on “Nikmatnya Akses yang Ori

  1. Kak, kalo diskon buku di kindle, apa harus pakai alamat Amerika? Atau tetap bisa dapat diskon walaupun pakai alamat Indonesia?
    Terima kasih kak.

    • wah aku kurang tahu kalau itu. Biar aman, aku pakai alamat di Amerika lalu akses Kindle US.

  2. kak itu yg ada google playbook voucher 25rb itu ngeceknya di sebelah mana ya?

    • Hai! Biasanya ada langsung ketika kita akses Google PlayBook. Tapi nggak semua akun ada dan waktunya juga terbatas.

What Do You Think?